Bleeesssssss….kutekan lagi ******ku masuk kedalam rongga vagina Anna sehingga terbenam seluruhnya.
Kurasakan vagina Anna ini sempit tapi tidak sesempit punya Tina, karena ******ku yang besar ini dapat dengan mudah menerobos masuk walaupun sedikit peret,
“Ooogghhh…An, *****mu sempit juga,”Aku mengerang merasakan jepitan *****nya Anna.
“Hhhmmmm…ooohhhh…mas Hen…,”Anna mendesah merasakan lesakan ******ku di *****nya.
Pantat Anna semakin menungging keatas, sementara tubuh bagian atasnya tetap menempel di tempat tidur, setelah mendiamkan sebentar ******ku didalam lubang vagina Anna, kemudian dengan bertumpu pada kedua tanganku, ******ku mulai keluar masuk di ***** Anna, kulihat ******ku yang keluar masuk di ***** Anna mengkilat karena cairan birahi Anna.
“Hhhmmm…ssshhh…aaaaahhh…hhhmmmm..ssshhh…,”Anna mendesah keenakan merasakan sodokan-sodokan ******ku di *****nya.
Kulihat kedua mata Anna terpejam, dan kedua tangannya mencengkram kain seprei, dari mulutnya semakin terdengar rintihan-rintihan nikmat, kurasakan ***** Anna semakin basah dan ******ku semakin leluasa keluar masuk, gerakan keluar masuk ******ku semakin kupercepat, dan kulihat cengkraman Anna semakin kuat mencengkram kain sprei,
“Ouuughhhh…ssshhh…aaaahhh…..ssshhh…aaahhh…mas Hen…,”Anna merintih-rintih.
“Enaaakk.. An…sayang…******ku..enak…,”akupun mendesah
“Ooohhh…sshhh…hhhheeehhh..ssshhhh…aaaahhhh…,”kemba li Anna mendesah seolah menjawab pertanyaanku.
Tak lama kemudian kurasakan tubuh Anna, pantatnya serta kakinya mengejang, mengetahui hal itu akupun semakin mempercepat gerakanku, karena kutahu sebentar lagi Anna akan mencapai puncak kenikmatannya, perkiraanku betul s***** beberapa detik setelah kupercepat genjotanku, Annapun melengking,
“Maaaasss….Heeenn.. aakuuu…keluaaarr….ooohhhh..aaaaahhh…ssshhh…,” Anna melengking menyambut kedatangan puncak kenikmatannya.
Ssssrrrrr… Sssssrrrrr…. Srrrrrr…. Srrrrr……
Kurasakan ******ku menjadi hangat oleh siraman cairan kepuasan Anna, dan kurasakan dinding vaginanya berdenyut dengan cepat, seolah-olah sedang meremas-remas ******ku, sengaja ******ku yang barusan kubenamkan dalam-dalam saat Anna mencapai puncak itu tidak kugerakkan karena aku ingin menikmati sensasi kedutan dinding vagina Anna.
Kuciumi kuduk, leher dan telinga Anna, untuk memberikan sensasi nikmat yang lebih,
“Mas Heen, jahat…aku jadi berkhianat sama suamiku,”kata Anna dengan nafas masih tersengal-sengal.
“Ehh..jahat…apa? hehehe…kan kutanya tadi apa mau lebih enak lagi,”jawabku pura-pura bego.
“Iyaah…tapi pijatannya mas Hen itu bikin orang terangsang sich,”Anna berkata lagi.
“Hhmmm..ya kalau gitu kan bukan salahku, iya kan,”jawabku berkelit.
“Tau aaah…mas Hen nakal, aaauuugghhh…,”kata Anna sambil menjerit karena saat itu ******ku mulai kugerakkan lagi.
“Sudah…sudah..mas Hen…masa gak cukup satu kali,”kata Anna mencoba untuk menghentikan aksiku.
“hehehe..jangan curang dong sayang, yang sudah puaskan baru kamu aja, aku kan belum keluar,”kataku sambil tetap menggerakkan ******ku dan mulai menciumi kuduk, leher dan telinga Anna.
“Mas..Hen…jangan..gelliiii…aaaawwww…mas Hen belum keluar, ooohh..awww..geli. kukira sudah keluar juga…mas geli..mas..Hen…nakal yach…,”Anna berkata sambil kegelian akibat ciumanku.
“Hhmmm…sslrrrppp…iya…puaskan aku An,”kataku sambil menjilati dan menghisap lehernya Anna.
“Mas Hen…jangan …mas…geli…jangan ciumi leherku…ooohh…mas…,”Anna memohon padaku untuk tidak menciumi lehernya.
“Sudah…mas…sudah… aku pasrah..mau diapain juga…tapi jangan leherku…mas.. oohhh…*****ku nanti semakin basah…,”Anna mulai mendesah-desah antara geli dan nikmat.
Dengan perlahan-lahan tubuhnya mulai kuangkat, dengan berlutut aku mulai menggenjot Anna yang juga berlutut, sementara tubuhnya bersandar pada tubuhku, kedua tanganku mulai aktif meremas-remas kedua payudaranya yang montok, dengan perlahan-lahan aku mulai memutarkan tubuh kami, sehingga posisi tubuh kami menghadap kearah cermin, sekarang dapat kulihat kedua payudara Anna yang montok dihiasi dengan kedua putingnya yang berwarna merah muda, sungguh jauh berbeda dengan warna putingnya Tina yang coklat, dengan gemas kuremas-remas kedua payudara itu, dan kedua putingnyapun tidak luput dari aksiku, Anna semakin mendesah,
“ooohh… mas Hen… oooohh… ssshhhh… mas… ssshhhh… puaskan… aku… lagi.. mas…. ,”Anna merintih-rintih minta dipuaskan lagi.
Tubuh Annapun mulai bergerak seirama dengan gerakan keluar masuknya ******ku, Anna mendorong mundur pantatnya saat ******ku melesak masuk dan ia menarik maju pantatnya saat ******ku keluar dari lubang vaginanya, bukan itu saja Anna juga memutar-mutarkan pantatnya saat maju-mundur.
Aku merasakan enak yang sangat akibat putaran-putaran pantat Anna, ******ku seperti di pilin-pilin oleh dinding vaginanya, kulihat di cermin Anna dengan mulut setengah terbuka dan mata yang terpejam, nampaknya Anna betul-betul menikmati sodokan-sodokan ******ku.“ooohhh…ssshhh…enaakk…mas….enaaakk…diputar…putar…b egini… aku enaakk juga…******mu..mas…Hen..besaaarr…paanjaanng…,”rint ih Anna.
“hhheeehhh…enaak..An, terus putaaar…saayang…teruss…,”akupun mengerang menikmati goyangan Anna.
Keringat kami semakin banyak, dan menimbulkan bunyi kecipak saat pantat Anna beradu dengan perutku, suaranya membuat kami semakin terangsang, gerakan kami semakin menggila, Annapun semakin cepat memutar pantatnya sementara aku sendiri semakin cepat mengeluar masukkan ******ku di vagina Anna.
Rintihan, erangan dan desahan kami saling bersahutan, Anna yang pada babak pertama tadi hanya bisa pasrah saja, pada ronde kedua ini aksinya sungguh bertolak belakang, rintihannya semakin sering terdengar,
“ooohhh…mas …genjot ******mu….yaaaaa….yyaaaa….aaahhh…enaaaakk..tekan yang…dalammm…yang kkuaaatt…mas….Heeennn… ooohhh.. sshhhh…enaakk…,” Anna merintih-rintih keenakan
Akupun semakin menghentakkan ******ku dalam-dalam di lubang vagina Anna sampai kurasakan kepala ******ku bersentuhan dengan dinding rahimnya, sambil tanganku tetap aktif meremas-remas payudara Anna, kadang-kadang payudara Anna kucengkram dengan kedua telapak tanganku saat aku menghentakkan ******ku, Annapun menjerit saat dinding rahimnya tersodok oleh ******ku,
“Aaawwww…sssshhh…aaaaahhhh….ssshhh…awwww….enaaakkk …aaawww…, terusss…mas Hen…terusss…puaskan aku dengan ******mu itu….awwww… ssshh aaahhh…yang kuat…mas Hen…yang dalam…,”jerit Anna.
“Oooghhh…enak…An…enaakkk…******ku…*****mu…juga .enak…saying.. oooghh…aaaaghhh,”akupun mengerang keenakan.
Gerakan kami semakin lama semakin tidak beraturan, tanda-tanda puncak kenikmatan kami hamper tiba, aku merasakan desakan-desakan kuat hendak menerobos keluar dari dalam ******ku, kurasakan Annapun mengalami hal yang sama putaran-putarannya tidak teratur lagi, tubuhnya mulai mengejang-ngejang, akupun tidak dapat membendung gelombang nikmat yang berusaha menerobos keluar dari ******ku, dan
Crreeeeetttttt….creeeetttt….creeeetttt…ccreeeetttt …******ku memuntahkan sperma dengan kuat di lubang ***** Anna.
“Aaannnnaaa, aakkkuuu keeluuaar….ooohhh…*****mu enaaakk.. Annn,”aku mengerang menyambut datangnya puncak birahiku, ******ku kubenamkan dalam-dalam di lubang ***** Anna.
“Akkkuu juga maaass…oooohhh…aakkuuu keeluuaarrr jugaa….aaahhh…mass…,” Anna mengerang saat *****nya mulai menyemburkan cairan birahinya.
Sssssrrrrr…sssrrrrr…sssrrrrr…ssrrrrrr….kurasakan hangatnya cairan birahi Anna membasahi ******ku yang sedang berkedut-kedut menyemprotkan air maniku.
Setelah air maniku dan cairan birahi Anna meneteskan tetes terakhirnya, tubuh kami ambruk kelelahan, sementara ******ku masih berada dalam jepitan lubang vagina Anna, kuciumi leher dan telinga Anna.
“Enak…An…sayang…puas..kamu,”tanyaku
“heeh…,”jawab Anna sambil menganggukkan kepalanya dan berusaha menahan geli atas ciumanku.
“Mana…enak…dientot olehku….atau dientot suamimu..,”tanyaku lagi
“Ahhh…gak tau..kok nanyanya gitu sich,”jawab Anna malu sambil membenamkan kepalanya ditempat tidur.
“hehhee…hanya sekedar ingin tahu saja, mana hebat suamimu atau aku..kalau diatas ranjang,”tanyaku penasaran.
“Gak tau…gak tau…,”Anna menjawab dengan penuh rasa malu.
“iya udah deh…kalau ******nya besaran dan panjangan punya siapa,”tanyaku lagi.
“Iiihh…mas Hen..nakal…genit…ganjen…rahasiaa…,” jawab Anna malu.
Menyaksikan Anna yang malu-malu seperti itu, membuatku terangsang kembali, ******ku yang sudah lemas dan masih dalam jepitan lubang vagina Anna, mulai menggeliat kembali.
“Eeeehhh….bangun..lagi…,”Anna kaget merasakan ******ku mulai menegang kembali.
“Hehehehe….minta nambah…nich, habis enak dan legit sich *****mu katanya,” jawabku
“Haah….busyet dach….bisa mati lemas aku disodok-sodok ******mu itu,”Anna terpekik mendengar jawabanku
Akhirnya pertarungan itu kami lanjutkan kembali dengan Anna yang memegang kendali, kami bertarung sampai kami kelelahan dan baru kami sadari jam saat itu menunjukkan pukul 2.30 dinihari. Akhirnya kamipun tidur berpelukan, dengan Anna yang tidur diatas tubuhku dan ******ku masih dalam jepitan lubang vagina Anna.
Cerita Panas dan Seru Ana Menikmati Kusetubuhi 1
Cerita Panas dan Seru Ana Menikmati Kusetubuhi 2
Cerita Panas dan Seru Ana Menikmati Kusetubuhi 3
SHARE US →